السلام عليكم ورحمة الله وبركاته..
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدا وشكرا لله صلاة وسلاما على رسول الله محمد صلعم ابن عبد الله
وعلى آله وصحبه ومن واله
Segala puji bagi Allah swt atas segala nikmat
dan karunianya, Shalawat dan Salam kepada Baginda Muhammad Saw, yang salah satu
sunnah Beliau adalah menyambung silaturrahim seperti yang sedang kita lakukan
saat ini, hanya saja kita lebih modern, zaman Rasul dulu belum ada WA jadi gak
grup grup alumni ini dan itu, dengan adanya teknologi informasi sepertin ini
kita yang saling berjauhan jadi bisa saling menyapa.
Apresiasi saya sebesar-besarnya kepada kawan
kawan yang begitu aktif menyatukan kita yang terserak dimana mana, terimakasih
ibu ketua ibu Tajul, bapak ketua bapak yasir dan pejabat-pejabat teras lainnya
ada bapak Abeuk, Bapak Mahzil, Bapak Aji, Bapak Fuadi, Ibu Dila, Ibu Odah, Ibu
Ayu, Ibu Mast dan lain lain yang tidak mungkin saya sebutkan di sini satu
persatu.. udah bapak bapak dan ibu ibu semua, bahasa halusnya sudah berumur.
Btw, Ust. Budi dan Ustz. “Bunda” … pasti bangga dengan kita semua.
Juga terimakasih karena saya diberi
kehormatan untuk mengisi diskusi perdana kita, kenapa saya yang pertama? Kalau
ikut abjad seperti saat muhadharah di musallla dulu kan seharusnya Abeuk yang
pertama! Tapi walaubagaimanapun itu saya tetap tersanjung,
الفضل للمبتدي ولو أفضل المقتدي
“Nilai
plus tetap bagi yang pertama, meskipun yang selanjutnya lebih baik”
Itu prinsip saya waktu memberi nilai pada
siswa..
Semoga berkumpulnya kita di grup ini menjadi
perkumpulan orang-orang yang saling menyayangi (Jam’an Marhuma ) dan bubarnya
kita setelah majlis ini menjadi bubar yang jauh dari dosa (Tafarruqam
Ma’shuma). Aamiiin.
Namun, terus terang saya bingung juga saat
diminta mengisi pengajian. Sebagai umar bakri, saya pengalamannya cuma ngisi
pengajian anak anak sekolah. Lha ini, bapak bapak dan ibu ibu alumni MUQ, murid
Ust Juanda lagi! Itu ibaratnya mengajari ikan berenang, kalau kata Alm. Ust
Sufi Muris, Ust favorit saya, Allahummaghfirlahu..
“Kalau
gitu tausiah aja!” kata nya… Kalau tausiah di mesjid saya jauh lebih pede
daripada tausiah-in teman teman sendiri! Hehe. Justru saya demam panggung kalau
didepan man teman, apalagi di depan Abi Harun! jadi biarlah bab tausiah ini
nanti disampaikan langsung oleh Abu Yasir Arafat … malam jum’at depan.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila materi
yang akan saya angkat tidak sesuai dengan harapan man teman. Pada kesempatan
yang baik ini, Saya mau mengajak teman teman untuk saling tukar pikiran saja, diskusi
dan share pengalaman serta pengetahuannya tentang: “Full day school (FDS),
positif atau negatif?”
Ya, FDS yang lagi hot itu! Berhubung disini
banyak Mahmud dan Pahmud. Bukan Mahmudi! kalo gak tau istilah Mahmud dan
Pahmud, Tanya sama ibu Tajul, Jangan tanya sama Anggun! Belum ngerti dia…
haha.. peace Gun.
Karena kita semua, terutama yang anaknya
sudah masuk usia sekolah, tentu punya sikap dan pengalaman masing masing
terkait kebijakan FDS itu. Pun demikian yang anaknya masih balita (rencana
masuk sekolah), ataupun yang baru melahirkan anak ketiga… “selamat ya Mahmud
Atun ..semoga jadi anak shaleh yang menjadi penyejuk hati orangtuanya..” Atau
yang sedang menanti kelahiran Anak, “sudah lahiran atau belum zil?” Atau yang
sedang ikhtiar, semoga disegerakan oleh Allah swt, Amiiin. Tidak lupa bagi yang
sedang cari calon Mahmud atau calon pahmud, semoga juga disegerakan.. siapa
tahu ketemunya di grup ini juga.. hehe, Amin yarabbal ‘alamiin.
Diluar itu semua, melalui sharing informasi
disini saya mengharapkan adanya rekomendasi-rekomendasi penting yang bisa jadi
bahan pertimbangan bagi saya atau mungkin teman teman yang lain, untuk
menentukan pilihan sekolah terbaik buat anak kita, Insyaallah jagoan saya tahun
depan sudah mulai sekolah..hehe. karena apapun ceritanya, kita punya tanggung
jawab dan andil besar terhadap masa depan anak kita dunia akhirat. Jadi Ingat
pelajaran Qur’an Hadist waktu di makhad dulu, ada Hadist yang berbunyi ;
كل مولود يولد على الفطرة فأبوه يهودا نه او ينصرانه واويمجسانه (رواه
مسلم)
Artinya: “Setiap bayi itu lahir atas
kesucian, maka kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani,
atau majusi”. (H.R. Muslim)
Dan masa depan yang cemerlang hanya akan
diperoleh dengan Ilmu, Rasulullah bersasbda:
وعن معاوية رضي الله عنها قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من
اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن ارد الا خرة فعليه بالعلم ومن اردهما فعليه بالعلم
(رواه الدار قطنى)
Artinya: “Dari Mu’awiyah RA ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menginginkan kebahagiaan duniawi maka dia
harus mempunyai ilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat,
maka dia harus mempunyai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka
harus mempunyai ilmu”. (H.R. Daruqutni)
Ribut ribut soal FDS ini bermula dari
kebijakan pemerintah melalui Mendikbud Bapak Muhajir Effendi yang ingin
mengembangkan dan menerapkan sistem FDS ini di sekolah negeri di Negara kita,
dengan memadatkan 6 hari menjadi 5 hari dan waktu sekolah lebih panjang sampai
sore. Menurut beliau, tambahan waktu sekolah dalam sistem Full day school tidak
akan dihabiskan untuk belajar yang bersifat intrakulikuler, melainkan akan
diisi dengan kegiatan ekstrakuliukuler yang berorientasi poendidikan karakter
melalui berbagai kegiartan yang menyenangkan.
Sebagus apapun gagasan dan konsep FDS itu,
kalau dilihat secara menyeluruh, masih banyak kendala-kendala teknis maupun
politis yang membuat sebagian orang atau golongan belum bisa menerima konsep
ini diterapkan di sekolah-sekolah negeri. Muhammadiah resmi mendukung, NU resmi
juga menolak, dan insan pendidikan menjadi bingung.
Full Day School sebenarnya bukanlah hal yang
baru di dunia sekolah. Di inggris, siswa masuk pukul 9 pagi dan pulang pukul 3
sore, lengkap dengan packed lunch (makan siang disediakan oleh sekolah).
Demikian juga di Abu Dhabi, masuk pukul 7 pagi dan pulang pukul 4 sore, dengan
sistem FDS mereka memfokuskan anak agar lebih banyak waktu di sekolah, jadi
dapat meminimalisir kenakalan remaja di luar sekolah seperti pergaulan bebas,
narkotika maupun tauran. Dan tentunya, sekolah dan guru juga berinovasi dengan
aktifitas belajar yang bervariasi untuk menghindari kejenuhan anak di sekolah.
Sebenarnya tidak perlu jauh-jauh, di Negara
kita sendiri FDS sudah lama diterapkan oleh sekolah-sekolah swasta tertentu. Contohnya
di Sekolah Dasar fullday islam, seperti SDIT. Sekolah jenis ini termasuk
sekolah favorit, karena dianggap memenuhi kebutuhan pendidikan anak (Ilmu agama
terintegrasi, akhlak diperhatikan dan rasio guru dan murid bisa dikatakan ideal
1 : 20). Mereka tiddak ikut TPA lagi atau Madrasah karena semua sudah di
sekolah, termasuk Tahsin Al Qur’an dan Tahfiznya. Dalam konsep FDS, pe – er
juga hanya diberikan sekali dalam sepekan, dan sabtu – minggu libur.
Lha kita kita juga jebolan FDS kok, bahkan
menurut saya pesantren-pesantren modern seperti MUQ kita tercinta bukan lagi
FDS tapi sudah FDNS (full day and night school) alias 24 jam! Hehe..
Kenapa sekolah-sekolah itu bisa menerapkan
FDS? Ya tentunya sekolah-sekolah itu sudah siap dalam segala hal yang mendukung
FDS, seperti :
1.
Finansial dan Sarana
Prasarana
Sudah bukan rahasia lagi kalau sekolah-sekolah
yang menerapkan FDS tergolong sekolah mahal, dan tidak semua lapisan masyarakat
mampu menyekolahkan anaknya di sana karena di luar uang sekolah masih banyak
iuran-iuran lain. Nah, yang Menjadi pertanyaan apakah masyarakat kita terutama
dipedesaan semua mampu secara financial? Lain soal bila Negara mau menanggung
beban itu, tapi apakah mungkin?
Sarana Prasarana seperti laboratorium, ruang
makan, ruang ibadah atau ruang olah raga juga sangat dibutuhkan sehingga guru
dan sekolah bisa mengeksplorasi berbagai kegiatan bermanfaat untuk mengisi
waktu yang panjang di sekolah. TApi kenyataan di lapangan berkata lain, justru masih
ada sekolah yang kekurangan ruang kelas sehingga perlu membagi sift belajar
atau gantian (pagi dan sore). Bagaimana mungkin konsep FDS dipaksakan untuk
diterapkan di sekolah seperti itu..
2.
Tenaga Pendidik
Guru juga menjadi persoalan tersendiri,
tambah jam pelajaran artinya harus tambah tenaga pengajar atau paling tidak
harus bertambah skill tenaga pengajar yang sudah ada agar mampu mengelola
aktifitas pendidikan di sekolah. Tambah guru artinya pemerintah juga harus
mengeluarkan biaya lebih banyak lagi, belum lagi tenaga honor yang harus full
disekolah sementara gajinya sangat tidak layak.
3.
Kurikulum
“Berganti Menteri, bergantilah kurtikulum”.
K13 saja belum merata diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Kini,
pemerintah harus memikirkan rancangan kurikulum baru bila FDS jadi diterapkan. Kurikulum
lebih bersifat sebagai pemandu, tidak hanya sebatas rincian proses belajar
mengajar yang kaku dan mengerangkeng. Makanya disaekolah sekolah swasta yang
sudah menerapkan FDS termasuk di MUQ kita tercinta, mereka punya kurikulum mandiri
dengan tidak meninggalkan kurikulum nasional tentunya.
Nahdhatul Ulama (NU) menuding FDS akan mematikan madrasah
diniyah (Madin) yang menjamur di Indonesia, kalau di Aceh barangkali dianggap
mengancap dayah tradisional atau salafy. Apakah itu hanya ketakutan berlebihan
atau ada aroma politis atau sentiment persaingan antar ormas? saya serahkan
kepada teman teman untuk menilainya sendiri .. hehe.
Tentu, di samping kemungkinan kelebihan kelebihannya, masih
banyak persoalan lain dalam gagasan FDS ini termasuk masalah ketahanan fisik
anak dan berkurangnya waktu anak untuk bermain dan berinteraksi dengan dunia di
luar sekolah, belum lagi bagi keluarga sederhana yang bergantung pada
pertolongan sang anak dalam mencari nafkah keluarga.
Dan seperti biasa, setelah rakyat ribut
gontok-gontokan barulah presiden bersikap dengan menganulir kebijakan yang
sudah dibuat secara formal dalam bentuk permen itu (kasian mentrinya), yaitu
melalui Perpres pengganti Permen Mendikbud menyatakan bahwa; FDS tidak wajib,
bagi yang sudah menerapkannya atau siap untuk menerapkannya silahkan dilanjutkan,
yang tidak siap tidak dipaksakan.
Tapi ada yang janggal dalam rancangan Perpres
yang sudah diajukan ke Mensegneg itu, yaitu FDS tidak wajib bagi siswa tapi
wajib bagi guru sebagai aparatur sipil Negara (ASN), sama halnya dengan
aparatur yang lain guru wajib berada di tempat tugas (dalam hal ini sekolah)
selama 8 jam, walaupun libur tetap minggu tok! Hahaha, “Kitaaaaa juga yang kena
cekgu Fuadi Ramli…harus pulang soreee”
Entahlah, kita tunggu saja episode berikutnya
tentang FDS ini setelah Perpres disosialisasikan. Akankah menjadi episode
terakhir atau masih ada kelanjutannya..wallahu a’lam.
Nah, gimana teman-teman, Menurut kalian FDS
ini positif atau negative?
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته..